Foto Saya

Subscribe now!My Feed

Selasa, 16 Agustus 2011

Menelusuri Jejak Kaki Pincang Mbah Sholeh

13 comments

(baca : Perempuan Tua dan Gerobak Sayur Tuanya) adalah kisah singkat dari seorang Mbah penjual sayur. Saya akan mengulas kembali cerita Mbah Sholeh panjang lebar, bagaimana dia berjuang melampaui garis nasib.

Menjadi Mbah sholeh sekarang, dengan kaki pincang dan suami yang sakit-sakitan tak bisa bekerja bukanlah kemauannya pada waktu muda. Mbah Sholeh yang terlahir sebagai putri pasangan keluarga miskin ini, masa mudanya dilalui dengan bekerja keras meraih masa depannya. Namun nasib berbicara lain. Lima tahun setelah anak semata wayangnya meninggalkan dia untuk selama-lamanya, Mbah Sholeh (muda) pernah mengadu nasib merantau ke Kecamatan Muncar Banyuwangi (kota paling timur di Jawa Timur). Di sana Ia berjualan Erok-erok (tahu petis) dan jagung bakar selama tiga tahun. Tapi hasilnya hanya cukup untuk dimakan sendirian. Dia merasa, kerja merantau tidak membawa hasil, lalu memutuskan kembali ke dusun Sumberjo - Glundengan (dusun asli tempat tinggalnya). 

Kegagalan mengubah garis nasib tidak menjadikan Mbah Sholeh putus asa. Berusaha dan berdoa'a adalah jalan yang harus ditempuhnya sebagai seorang muslim. Walau masa depan baginya masih suram, Mbah Sholeh terus saja berusaha bekerja apapun, kerja serabutan, yang penting halal. Pernah bekerja berjualan biji dawet keliling. Dan disela waktu lain berjualan pakaian bekas dan lain-lain. Dari kerja serabutan ini Mbah Sholeh mendapatkan penghasilan tiga ribu lima ratus rupiah per hari. Lumayan untuk mencukupi kebutuhan sendiri dan suami tercintanya. Namun keadaan nyaman ini tidak berlangsung lama. Untuk mengatasi kemiskinan absolutnya (abadi), Mbah Sholeh menjadi buruh gudang tembakau dengan gaji seribu lima ratus rupiah per hari. Tapi tak berselang lama, si-Mbah di - PHK musiman oleh perusahaannya. 

Karena tidak terbiasa menganggur, akhirnya Mbah Sholeh coba-coba berjualan sayur-mayur pakai keranjang bambu dengan dijunjung diatas kepanya berkeliling dusun Sumberjo. Bukan hanya dusun Sumberjo Mbah juga sering berjualan di dusun tetangga yang jaraknya 3km dari dusun Sumberjo. Hmm bukan jarak yang dekat ditempuh dengan hanya berjalan kaki.  Modal awalnya dari menjual seluruh pakaian bekas yang dipunyainya. Keadaan ini bertahan cukup lama. 

Hingga pada suatu hari kesialan menimpa Mbah Sholeh. Alas keranjang bambu satu-satunya yang ada diatas kepalanya jebol tak kuat menyangga beban barang dagangannya. Mbah Sholeh mengisahkan : "Setelah keranjang tempat nasi itu jebol, oleh tetangga diberikan (gratis) keranjang yang sudah kotor sekali! Ini Mbah Sol, keranjang sayur!. Besok jualan lagi ya,? Iya! jawab Mbah Sholeh

Keuntungan sedikit dari berjualan sayur memakai keranjang ini oleh Mbah Sholeh diberikan beras dimasak bersama suaminya. Mbah berkata : " Uang itu saya dibelikan beras seperempat kilogram, lalu dimasak dengan suami Mbah, itupun Mbah sudah seneng le meski Mbah gak punya anak...!! Setelah itu besoknya Mbah buat kulakan sayur lima ikat, dua ikat lalu dijual di sekitar daerah tetangga. Saat Mbah berjualan, keranjangnya tumpah, kaki Mbah tersandung batu, karena kaki Mbah yang satunya cacat. Mbah jatuh di depan rumah Bu Sarinah. Berantakan, ikan laut didalamnya yang hanya ada tiga rantang juga ikut berantakan. Nyeri sekali!! 
Sampai rumah Haji Sukur Mbah di naikkan becak, mau dibayar tukang becaknya gak mau. Biar sudah bu Sholeh ndak papa saya niat bantu Bu Sol kok!!!katanya

Fatal kecelakaan itu membuat kaki kiri Mbah Sholeh bengkak. Terpaksa dia harus beristirahat sejenak dirumah. Belum sembuh benar sakitnya, ia bergegas lagi berjualan sayur. Namun akibat kakinya yang masih belum kuat benar, dia berjalan sering terjatuh. Akibatnya kaki si-Mbah yang sebelahkiri cacat sampai sekarang.

Seseorang sering melihat Mbah Sholeh saat berjalan  menjinjing keranjang sayur dengan kaki sebelahnya yang terseok. Seseorang itu tak tega, lalu memuatkan gerobak bambu (ukurannya seperti becak) unutk Mbah Sholeh tanpa meminta imbalan sedikitpun.

Sejak saat itu Mbah Sholeh tak lagi berjualan dengan menjinjing keranjang bambu. Dan Mbah tidak sering jatuh lagi. Senang sekali Mbah Sholeh. Ia bisa menambahkan isi dan jenis barang dagangannya sesuai dengan kapasitas gerobak bambunya. Sayang, uang yang demilikinya terlampau sedikit untuk memenuhi keinginan tersebut. Sedikit demi sedikit, setiap hari, Mbah Sholeh berusaha terus memupuk modal jualannya. Akhirnya, harapan untuk menambahkan isi dan jenis barang dagangan terpenuhi. Gerobak bambu itupun muatannya penuh dengan berbagai macam jenis makanan dan sayuran.

Betapa bangga Mbah Sholeh telah bisa menjadi demikian. Dengan semangat baru, gerobak bambunya terus saja didorong, tak peduli melewati cuaca panas dan hujan. Boleh saja, Mbah Sholeh meng-egoisi kesehatan tubuhnya yang terus menurun tetapi, geobak bambunya mulai tidak mau diajak kompromi menemani memuat barang jualannya setiap hari. Gerobak bambu itu mulai protes : "Kekuatan geobak bambu ada batasnya Mbah Sol!!". Gerobak itu mulai rewel setiap kali didorong. Gerobak bambunya mulai bunyi kriek-kriek-kriek!! 


Untungnya ada Bari yang melihat, (Bari itu tetangga Mbah Sholeh yang sehari harinya menjadi tukang las listrik) bahwa gerobak bambu Mbah Sholeh tidak lagi layak pakai. Bari memanggil Mbah dan menawarkan jasa agar bambu-bambu yang reot itu diganti dengan jeruji besi. "Mengenai biaya diangsur semampunya aja Mbah". Dan....disetujuinya tawaran Bari tersebut.

Kini Mbah Sholeh sedikit lebih senang. Dan barang dagangannya juga bertambah banyak Alhamdulillah!!

Sekarang apa lagi yang Mbah inginkan dalam hidup ini ? Ia hanya ingin memperbaiki rumahnya yang sudah reot, merawat suaminya yang sering sakit-sakitan. Benarkah Mbah? Duh, tentu saja Mbah Sholeh tidak ingin rahasia hatinya di ketahui orang banyak. Bisa riak, ya Mbah! Biarlah, orang lain mengetahui keinginan dan tujuan hidup itu karena perilakunya.




Indo : "Gak beli beli nak"

Ngomong - ngomong gerobak sayur Mbah Sholeh usianya tiga tahun lho....!!! itu termasuk sudah tua, alias kuno. Sementara teknologi baru terus datang silih berganti menyaingi gerobak sayur Mbah Sholeh. Belum lagi Supermarket, Mall, dll, yang siap menggerus konsumen Mbah Sholeh.

Terus gimana Mbah?

Ya didorong saja terus gerobaknya!!! Yel yel kebanggaan perjuangannya jangan lupa! "Tak leh meleah, nik?" (Nggak beli - beli, nak)

Apakah hanya itu yang didapat dari semangat yang berkobar-kobar seperti semangat Mbah Sholeh?? Lalu bagaimana dengan mereka yang malas??

+ Tambah komentar
Comments
13 comments
Cobalah menggunakan RSS Feed. Dengan begitu update terbaru akan masuk melalui akun anda secara otomatis
Henny FM Harahap mengatakan...

semoga kebaikan juga menaungi orang-orang disekitar mbah sholeh yang sudah membantu mbah sholeh...

Sofyan mengatakan...

ternyata Mbah Soleh sangat telaten mearawat grobak tersebut ya mas...salam untk beliau boleh gak nih hehehe

Zan Insurgent mengatakan...

walaupun mbah soleh hidup bersahaja, tp dia tidak menampakkan kesusahannya kepada orang lain... mbah soleh tetap sabar...


semoga keinginan si mbah yg lain tercapai ya...

Lidya - Mama Pascal mengatakan...

keteladanannya patut ditiru

Lozz Akbar mengatakan...

kapan kita bisa dolan ke rumah mbah Sholeh?

Blog Template mengatakan...

@8040495064984567839.0

Minggu iki buka bersama nang kono....xixixi

Blog Template mengatakan...

@8088793594633070404.0

langsung kopdar aja kang sama mbah sholeh....xixixi

iam mengatakan...

Wuiihi kereen amat tuh, gerobak umurnya udah 3 tahun :D

ysalma mengatakan...

@8040495064984567839.0
perjuangan seorang wanita yang sesungguhnya,
merasa malu terhadap semangat dan keikhlasan mbah sholeh dalam menjalani hidup. Nikmat mana lagikah yang akan kau dustakan.

Deo Pradipta mengatakan...

sipp gan.. kunjung balik dan exchange link yahh...??

duniaely mengatakan...

salut buat mbah Sholeh

Blog Template mengatakan...

@8457642375294876046.0
merinding baca kalimat terakhirnya....

Coro Mas mengatakan...

@duniaely

Thank ya...

Posting Komentar