Foto Saya

Subscribe now!My Feed

Minggu, 19 Juni 2011

Innalillahi wa innailaihi roji'un

4 comments


Berawal dari duduk duduk santai didepan televisi tidak sengaja saya mendengar berita duka, datang dari negeri yang berlambang burung Garuda. Burung yang merajai segala burung, namun Sang Burung tengah didera sakit, bulu - bulunya rontok mulai dari kepala, sayap, ekor hingga dada. Sekilas terlihat parasit yang menempel dan menghisap darahnya. Tak jarang jamur juga suka tumbuh diantara badan yang perkasa. Barangkali  tidak akan bisa terbang lagi seperti dulu saat masih ada pemiliknya. Kakinya yang tadinya kaku mencengkeram sekarang lemah lunglai tak berdaya, seakan tak bisa lagi mencengkeram tulisan dalam pita yang bertuliskan Bhineka Tunggal Ika. Demikianlah sedikit gambaran betapa kebinekaan semakin rapuh. 
Belum hilang rasa sedih saya memikirkan Burung yang hidup enggan mati tak mau itu, serentak saya dikejutkan dengan hilangnya nilai kejujuran di negeri darah dan tulang ini. Bertubi - tubi kebajikan menjadi lemah saat kerakusan dan kepentingan demi kepentingan bertarung diatas bendera yang suci. Cukup banyak contoh yang seakan merobohkan pondasi - pondasi kejujuran bangsa. Korupsi yang tak kunjung usai, matinya nurani pemimpin, dan yang paling membuat hati saya luka adalah seorang ibu dan anak yang bahu membahu berusaha menghidupkan kembali kejujuran. 

Dia adalah Siami dan anaknya bernama alif yang masih duduk di bangku sekolah dasar, mereka berusaha memperjuangkan kejujuran di lingkungan pendidikan dengan membongkar praktek curang contek masal saat ujian kelulusan dilakukan namun anehnya mereka berdua disambut cercaan oleh banyak orang disekitarnya, orang - orang itu menganggap keduanya sebagai perusak rencana. Mereka takut jika sampai praktek contek mencontek ini terbongkar publik, maka bisa jadi satu persatu anak mereka harus mengikuti ujian ulang atau tidak lulus. Dan celakanya lagi, petinggi yang menengahi masalah ini, seakan meramaikan permainan dengan memberi pernyataan bahwa di sekolah dasar itu tidak ada praktek contek mencontek masal, hanya dengan melihat kertas jawaban yang cenderung tidak sama. Hmmmm....Mungkin jika seandainya saya menjadi Alif yang begitu semangat menegakkan kebenaran, sedikit banyak saya akan kecewa dengan pernyataan itu. 

Kapan lagi akan muncul bibit - bibit baru pemberani yang tidak takut membela kebenaran dan kejujuran di negeri yang besar ini, jika dari belia sudah tertancap jiwa - jiwa pembohong, jiwa - jiwa yang tak bisa menghidupkan Burung Perkasa sebagai lambang negara yang menjunjung tinggi asas kemanusiaan, berani membela kebenaran dan keadilan. Semoga pahlawan - pahlawan kejujuran akan tetap ada di bumi Indonesia setidaknya bisa membangkitkan gairah burung Garuda yang enggan terbang. 

+ Tambah komentar
Comments
4 comments
Cobalah menggunakan RSS Feed. Dengan begitu update terbaru akan masuk melalui akun anda secara otomatis
Lyliana Thia mengatakan...

Saya sungguh kagum dengan Ibu Siami...
semoga semakin banyak orang Indonesia yang mengikuti jejaknya yah... menegakkan kejujuran...

Salam kenal, Mas Coro...
terima kasih udah berkunjung ke blog saya :-)

Blog Template mengatakan...

Sama saya juga kagum, Sekarang jadi orang jujur di Indonesia banyak musuhnya....:)

Terima kasih kunjungan baliknya :D

Masbro mengatakan...

Meskipun untuk menjadi jujur itu sulit di negeri ini, tapi bukan berarti tidak bisa ya Mas. Salam hangat;

Lidya - Mama Pascal mengatakan...

salam kenal mas, terima kasih atas kunjungannya.
aneh sekali ya yg jujur kok malah di demo

Posting Komentar